Sunday, July 12, 2009

LOGOTERAPY FRANKL


Temukan Arti Hidup


Ø Orang yang Mengatasi Diri


Victor E. Frankl adalah seorang neuro-psikiater kelahiran Wina, Austria yang berhasil selamat keluar dari kamp konsentrasi maut Nazi melalui usahanya untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan hidup bermakna (the will to meaning). Ternyata harapan untuk hidup bermakna dapat dikembangkan dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan normal, maupun dalam penderitaan (suffering), misalnya dalam kondisi sakit (pain), salah (guilt), dan bahkan menjelang kematian sekalipun.

Dari pengalaman hidupnya, Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan kita, tetapi bagaimana cara kita menerima nasib itu. Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.

Ø Pendekatan Frankl Terhadap Kepribadian

Pandangan Frankl tentang kesehatan psiokologis berorientasi pada pemahaman seseorang terhadap arti atau kebermaknaannya. Hal tersebut sesuai dengan makna dari sistemnya; Logoterapi berasal dari kata logos yang telah diadopsi dari bahasa Yunani dan berarti "makna" (meaning) dan juga "ruhani" (spirituality). Logoterapi didasari pada filsafat hidup dan insight mengenai manusia yang mengakui adanya hal-hal yang spiritual, selain masalah fisik, psikologis dan sosial pada eksistensi manusia. Penekankannya terdapat pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi manusia serta teknik-teknik terapeutic khusus untuk menemukan arti tersebut dalam kehidupan.


Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar yang satu sama lain saling mempengaruhi, yaitu :

· kebebasan bersikap dan berkehendak

Frankl sangat menantang pendekatan-pendekatan psikologi/psikiatri yang menyatakan kondisi manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh insting-insting biologis atau konflik masa kanak-kanak atau sesuatu kekuatan dari luar lainnya. Menurut Frankl meskipun kondisi luar tesebut mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi kondisi-kondisi tersebut. Manusia memang tidak akan dapat bertahan dan mampu menghilangkan kekuatan-kekuatan luar tersebut, tetapi bebas memilih sikap untuk menghadapi, merepson dang menangani kekuatan tersebut. Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannyaManusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri.


· kehendak untuk hidup bermakna

Kehendak akan arti kehidupan maksudnya kebutuhan manusia untuk terus mencari makna hidup untuk eksistensinya. Semakin individu mampu mengatasi dirinya maka semakin ia mengarah pada suatu tujuan sehingga ia menjadi manusia yang sepenuhnya. Arti yang dicari tersebut memerlukan tanggung jawab pribadi karena tidak seorangpun bisa memberikan pengertian dan menemukan maksud dan makna hidup kita selain diri kita sendiri. Dan itu merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi untuk mencari dan menemukannya. Menurut Frankl keinginan untuk hidup yang bermakna ini merupakan motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya.


· makna hidup

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Pada beberapa orang, pencarian makna hidup bisa berakhir dengan keputusasaan. Keputusasaan dan kehilangan makna hidup ini merupakan neurosis, dan Frankl menyebut kondisi ini noogenic neurosis. Sebutan itu bermakna bahwa neurosis ini berbeda dengan yang disebabkan oleh konfliks psikologis dalam individu. Noogenic neurosis menggambarkan perasaan tidak bermakna, hampa, tanpa tujuan dan seterusnya. Orang-orang seperti ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum). Tetapi Frankl mengatakan bahwa kondisi tersebut lumrah terjadi di zaman modern ini. Frankl menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.

Salah satu indikator ketidak bermaknaan hidup adalah rasa bosan. Orang-orang yang merasa bosan dan merasa bodoh terhadap noogenic neurosis disebabkan oleh :

  1. Kehilangan instink-instink alamiah untuk berhubungan dengan alam
  2. Merasa adat kebiasaan, tradisi, dan nilai-nilai untuk menentukan tingkah laku sehingga seakan ada yang mengatur langkah hidupnya

Ø Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat

Hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor, yaitu

Spiritualitas

  • Merupakan suatu konsep yang sulit dirumuskan namun tidak dapat direduksikan dan tidak dapat diterangkan dengan bentuk-bentuk yang bersifat material, kendatipun spiritual dapat dipengaruhi oleh dimensi kebendaan. Namun tetap saja spiritualitas tidak dapat disebabkan ataupun dihasilkan oleh hal-hal yang bersifat bendawi tersebut. Istilah spiritual ini dapat disinonimkan dengan istilah jiwa
  • Manusia tidak dapat didikte oleh faktor-faktor non-spiritual seperti instink, kondisi spesifik, atau lingkungan

Kebebasan

  • Kebebasan tidak dibatasi oleh hal-hal yang bersifat non spiritual, oleh insting-insting biologis, apalagi oleh kondisi-kondisi lingkungan
  • Manusia dianugerahi kebebasan oleh penciptanya, dan dengan kebebasan tersebut ia diharuskan untuk memilih bagaimana hidup dan bertingkah laku yang sehat secara psikologis
  • Individu yang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan kebebasan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, adalah individu yang mengalami hambatan psikologis atau neurotis. Individu yang neurotik akan menghambat pertumbuhan sekaligus pemenuhan potensi- potensi yang mereka miliki, sehingga akan mengganggu perkembangan sebagai individu secara penuh.

Tanggung Jawab

  • Individu yang sehat secara psikologis menyadari sepenuhnya akan beban dan tanggung jawab yang harus mereka pikul dalam setiap fase kehidupannya, sekaligus menggunakan waktu yang mereka miliki dengan bijaksana agar hidup dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
  • Kehidupan yang penuh arti sangat ditentukan oleh kualitasnya, bukan berapa lama atau berapa panjang usia hidup.
  • Keberadaan manusia akan menjadi sehat dan efektif jika faktor-faktor tersebut di atas dapat terealisasikan dengan baik dan benar dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh individu.

Ø Dorongan Kepribadian yang Sehat

Frankl (dalam Schultz, “Psikologi Pertumbuhan”, 1991) menyatakan bahwa dalam menemukan makna hidup tidak terlepas dari realisasi nilai-nilai. Nilai-nilai itu tidak sama bagi setiap orang, dan berbeda dalam setiap situasi. Nilai-nilai itu senantiasa berubah dan fleksibel agar dapat beradaptasi dengan beragam situasi di mana individu dapat menyadari kemampuan yang dimilikinya.

Nilai-nilai yang mendasar bagi manusia dalam upaya menemukan makna hidupnya, menurut Frankl adalah:

  • Nilai-nilai Daya Cipta (Kreatif) ; nilai-nilai kreatif ini biasanya terealisasi dalam bentuk aktivitas yang kreatif dan produktif, biasanya terkait dengan suatu bidang pekerjaan. Meski begitu, nilai-nilai kreatif dapat diterapkan di semua bagian kehidupan. Makna hidup akan diberikan melalui karya-karya nyata, tidak harus berupa hal-hal yang bersifat materi atau fisik, mungkin saja dengan ide, ataupun dengan jasa yang diberikan kepada orang lain.
  • Nilai-nilai Pengalaman ; nilai-nilai pengalaman adalah apa-apa saja yang diperoleh manusia dalam rentang waktu kehidupannya, misalkan penemuannya akan suatu kebenaran, keindahan, cinta, kasih sayang, caci maki, atau bahkan sumpah serapah. Ada kemungkinan bagi manusia untuk menemukan kebermaknaan hidup dengan mengalami berbagai sisi kehidupan secara intensif, walaupun individu tersebut tidak melakukan sesuatu yang positif atau berarti.
  • Nilai-nilai Bersikap ; merupakan sikap yang ditunjukkan oleh manusia terhadap segala kemungkinan atau kondisi yang tidak sanggup diubahnya, seperti penyakit, kesulitan, atau kematian. Kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, yang sangat potensial untuk menimbulkan tekanan psikologis bagi individu, seperti stres, kesedihan, bahkan keputusasaan, sebenarnya membuka kesempatan yang sangat luas bagi individu untuk dapat menemukan makna hidupnya. Apabila dihadapkan pada kondisi sedemikian, maka satu-satunya cara terbaik dan paling rasional untuk dilakukan adalah dengan menerima keadaan tersebut dengan lapang dada.

Dengan memasukkan ketiga nilai tersebut sebagai cara memberi arti dalam kehidupan, Frankl memberi satu harapaan bahwa setiap kejadian baik itu senang atau susah mempunyai maksud dan makna berharga bagi kehidupan. Kehidupan akan terus berlanjut dengan baik tergantung sejauh mana kita menyadari kewajiban terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan. Orang-orang yang menemukan makna dalam kehidupannya aka mencapai transedensi-diri.

Ø Kodrat Orang yang Mengatasi-Diri

Frankl (dalam Schultz, “Psikologi Pertumbuhan”, 1991) percaya bahwa asumsinya sesuai dengan pandangan Maslow bahwa cara yang paling baik mengaktualisasikan diri adalah berkomitmen terhadap suatu kewajiban dan hal-hal lain diluar diri. Menurut Frankl (dalam Schultz, “Psikologi Pertumbuhan”, 1991) menjadi sehat secara psikologis adalah bergerak ke luar dari focus diri mengatasinya, menyerapi dalam arti dan tujuan seseorang. Maka dengan demikian diri akan mencapai self-fullfillment dan diaktualisasikan secara spontan dan wajar.

Karakteristik orang-orang yang memiliki kepribadian yang sehat dikemukakan Frankl (dalam Schultz, “Psikologi Pertumbuhan”, 1991) dalam hakikat-hakikatnya untuk :

  • Bebas memilih langkah mereka sendiri
  • Bertanggung jawab terhadap lingkungannya
  • Tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar, seperti instink biologis atau konflik masa lalu
  • Menemukan makna hidup yang sesuai dengan dirinya
  • Sadar untuk terus mengontrol kehidupan mereka
  • Mampu mengungkapkan nilai-nilai kreativitas, pengalaman, dan sikapnya
  • Mengendalikan dan memusatkan perhatian terhadap diri


Referensi

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yokyakarta : KANISUS


PUISI


Waktu Ini Milik Kita
By Ida Fitria

Terbisik sebait melodi kehidupan
Teraba sehelai harapan
Jiwa berharap pada seuntai angan-angan
Hati tertancap pada duri keraguan
Samar cahaya ku pandang
Rapuh semua kata dalam genggaman

Senyum…
Riang…
Seakan layu terbakar waktu
Lapuk oleh masa

Yakinlah Hatiku…
Percayalah jiwaku…
Samar itu takkan pernah menjadi gelap
Duri itu takkan ku biarkan tertancap

Dalam gelap atau terang

Kau & Aku akan terus berjuang

Dalam doa
Lewati rintihan jiwa
Sebrangi samudra luas

Yakinlah…
Cahaya terang itu pasti akan datang
Membawa segudang kebahagiaan

Untukmu & Untukku…