Sunday, March 18, 2012

Tulang Rusuk Tak Kan Pernah Tertukar (di copy dari catatan seorang sahabat)

“ana akan ta’aruf dengan ukhti beberapa tahun lagi, ketika ukhti sudah lulus”

“untuk apa antum katakan itu skrg akhi?... Jika belum siap adalah jawabannya, lalu mengapa harus antum katakan rencana tersebut pada saya? Tak tahu kah antum, kalimat itu menggoyahkan kekokohan iman yang susah payah saya bangun.”

Ketika antum mengatakan: “ana ingin jaga hati ana untuk ta’aruf dengan ukhti nanti”

“Lantas, apakah dengan antum berkata seperti itu, lalu prilaku antum yang sering menelfon saya itu tidak berarti mengotori hati?.

Antum memang sudah seharusnya menjaga hati, hingga tiba saatnya nanti untuk antum berikan seutuhnya kepada wanita yang berhak.”
Ketika antum mengatakan: “hati hati, di sana.. jaga diri baik baik..” “Bukannya saya tidak suka diperhatikan dan dijaga, tapi cukuplah Allah yang akan menjagaku..Bukankah Allah adalah sebaik-baik Pelindung?”

Ketika antum mengatakan: “ana harap ukhti tidak ta’aruf dengan orang lain sebelum ana”
“Saya tidak bisa menjanjikan apapun, karena saya tidak tau apa yang akan terjadi nanti..”

Sebuah ibroh, Wahai akhwat, jika datang kepadamu laki-laki baik-baik yang melamarmu, maka bisa jadi dialah pangeranmu. Wahai ikhwan, jika gadis pujaanmu telah dikhitbah laki-laki lain, maka ikhlaskanlah. Bisa jadi dia bukanlah bidadarimu.

"Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)"

Maka jika nantinya kita tidak berjodoh, mungkin saya tak cukup baik untukmu, pasti ada wanita lain yang lebih baik untukmu.. Dan yakinlah, jika memang aku adalah pasangan dari tulang rusukmu, maka tanpa antum minta untuk tidak ta’aruf dengan orang lainpun, saya akan tatap menjadi pendampingmu...

Karena saya yakin TULANG RUSUK TAKKAN TERTUKAR

(Sebuah catatan dari seorang sahabat)


Ijinkan Aku Pergi Memilih Jalan Ini…

By Ida Fitria

Tatapan itu seperti ku kenal, , ,
Sampai terukir sebuah senyuman dan ku panggil untuk memastikan,,,
Dia meletakkan sebuah amplop di meja ku kemudian mengangguk sambil menyebutkan namanya, “iya, SB buk”. Meski tersenyum, matanya bersinar seperti ada suatu keraguan yang disembunyikan dan menyimpan rasa yang bercampur aduk tetapi dibungkus rapi dengan ketenangan sikapnya. Meski ragu dia akan menurut atau tidak, aku minta untuk duduk di sampingku dan kutanyakan, “kenapa disini?”. Dengan polos dia menjawab, “lari dari Asrama buk”.

Ya, dia salah satu anak didik di tempat ku bekerja yang kabur dari asrama dan kembali melukis hidupnya di jalanan dengan amplop ajimatnya. Lirih rasanya melihat adik yang selama ini ku lihat telah memakai seragam tetapi memilih untuk kembali ke dunianya lagi. Dia terus tersenyum tetapi tak kutemukan raut kebahagiaan dalam binar mukanya. Bahasa tubuhnya seperti mengatakan, aku terpaksa kembali ke dunia ku karena disini aku lebih tenang tanpa kekangan, aku lebih bahagia disini.

Apa yang sebenarnya yang ada dalam pikirannya, memilih berjalan dari café ke café dimulai dari Darussalam sampai Seutui hanya bertapak kaki sampai jam 12 malam dan???
Tanpa memikirkan makan yang penting dapat uang,
Tanpa sempat mandi yang penting memiliki tabungan,
Apa yang sebenarnya dia pikirkan memilih lari dari Asrama yang menyediakan makanan, jajan, fasilitas sekolah dan meninggalkan sejumlah tabungan disana serta semua pakaian yang tak sempat dibawanya???
Apa yang dia fikirkan dengan mengumpulkan banyak uang dari jalanan tapi tidak dinikmatinya???

Mukanya yang agak malu dan terus tersenyum segera berubah ketika ada sebuah suara dari pelayan café, “dia bohong tu kak, jangan percaya, tu kawannya di depan nunggu pasti udah digigit nyamuk”. Aku membaca sebuah guratan kekesalan dan kemarahan yang muncul spontan bahwa yang dikatakan itu salah dan dia juga bisa jujur, tidak selamanya dia berbohong dan juga membutuhkan kepercayaan.
Dan, aku percaya dia…ceritanya…perasaannya…pikirannya…

Sepiring makanan yang aku pesan terasa tidak terlalu dinikmatinya dengan hati tenang. Namun, dia mulai bercerita segalanya dengan raut wajah riang tetapi hanya untuk menutupi kegelisahannya. Terkadang dia bercerita begitu bersemangat. Sebenarnya telah sesak dadaku melihat ekspresinya, ingin ku katakana kalau kau ingin menangis, menangis lah.

Ku bujuk dia untuk kembali ke Asrama dan meninggalkan kebiasaan ini, tetapi tak terlihat satu keyakinan dan janji pasti bahwa dia akan sanggup meninggalkan aktivitasnya dan memilih untuk kembali ke Asrama yang penuh aturan. Uang tabungannya selama ini sudah dihabiskan untuk HP second yang baru saja dibeli tadi sore, tetapi malam itu sama sekali tidak bisa dihidupkan lagi. Dia tidak tahu apa-apa, tidak bisa memeriksa, tetapi uang 300 ribu telah melayang, entah akan kembali atau tidak.

Telah banyak ku berkata, kawan sejawat ku ikut menasehatinya tetapi sangat berat baginya untuk menyeimbangkan perasaannya yang sebenarnya dengan kenyataan hidup yang dipilihnya. Akhirnya, kami pulang dan ku susul langkah kaki kecilnya menuju pintu gerbang sambil ku panggil namanya untuk yang terakhir kalinya. Saat itulah kulihat matanya mulai berkaca-kaca dan terbendung air mata. Ku usap bahunya, dan ku katakan perasaanku kemudian membiarkan dia pergi kembali menapaki hidup yang telah dipilihnya. Ingin kulakukan banyak hal, tetapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena ini pilihan hidup yang telah diputuskannya. Dengan muka yang masih dipaksa untuk tersenyum dia mengatakan, “terimakasih buk” dan langsung membalikkan badannya. Ku langsung menoleh ke arah lain, tak kulihat ternyata dia mengusap air matanya yang sudah tak tertahankan. Itu menjawab semua isi pikiran dan perasaannya sebernarnya. Ku lepaskan dia pergi dengan sangat berat dan perasaan lirih di hati, kembali pergi menapaki jalan raya itu….
Entah menuju kemana, tidur dimana, makan dimana, , ,
Aku tak tahu…
Aku hanya bisa menahan sesak di dada tanpa bisa melakukan apa-apa…

Selamat jalan adikku, semoga malaikat menjagamu…
Banda Aceh, 30 juli 2010 at 08.15 pm (MU café)


 


31 juli 2010
["dia kembali ke asrama jam 10 pagi sampai sekarang  masih disana, subhanallah. trimakasih ya Allah. tdak sia2 pertemuan itu"]

Wednesday, March 14, 2012

Tiba-Tiba Teringat "JAMPOK"

Thursday, 15 March 2012 ; 8.11 Am

Jampok [Aceh] is Burung Hantu [Indonesia] or Owl [English], a kind of bird which awakes and works at night and sleeps at the day. Jampok in Acehnese understanding has a different and unique meaning, Jampok is called to person who really love to praise him/herself, always think she or he is the best in this world and actually he/she has nothing. This word is used for formal, serious, informal or kidding term. You can smile when got this word, you can laugh, angry, or everything… ^^ Such a funny story, but I like it, so be ware if some Acehnese say to you, “Bek Lagee Jampok Beh”… ^^ :D

*Full story about this philosophy just can be access in Indonesia and Aceh language ..^_*


Akhir-akhir ini selama mulai bergelut dengan tulisan-tulisan ilmiah dan harus menukar alarm biological untuk tidur di siang hari dan bangun dimalam hari, tiba-tiba jadi teringat “Jampok”. Kata-kata ini merupakan kata yang paling familiar bagi orang Aceh pada umumnya. Selanjutnya istilah jampok bukanlah sekedar untuk menggambarkan bekerja/bangun di malam hari dan tidur di siang hari, namun ada filosofi yang lebih menarik dan unik untuk sebutan, “Bek Lagee Jampok Beh” !!!

Orang Aceh sangat suka dengan kata-kata ini. Bek lagee jampok artinya, jangan merasa kalau dirinyalah yang paling hebat, atau jangan suka memuji diri. Kata-kata ini juga dipakai dalam sapaan, candaan, bahkan mungkin kritikan. Tapi seringnya kata ini di alihkan maknanya untuk case ringan-ringan saja lah. Dulu saya pernah mendengar kisah ini dari cerita-cerita nenek, tapi sekarang jadi lupa semuanya. Hmm.. harusnya cerita seperti ini tetap diperbaharui dan diingat sebagai khasanah sejarah budaya bangsa, ini merupakan filosofi yang menarik dalam penggunaan istilah bahasa. Mulai penasaran lagi dengan asal mula istilah ini, sayapun mencari beberapa sumber untuk mendiskripsikan kembali mengapa orang yang suka memuji dirinya sendiri disebut “JAMPOK”..

Ternyata, istilah ini diawali dengan cerita ke”Nabian di masa lalu. Dalam sebuah Hikayat Aceh yang berujudul “Aneuk Jampok” kita bisa menemukan Riwayat Nabi Sulaiman yang perjalanannya yang dibawa angin seperti dalam cuplikan ini (sumber terlampir):

Nibak Siuroe Nabi Jak Meu en, Ka dengon angen jak keulileng donya.


Lalu kemudian Nabi Sulaiman memanggil semua burung.


Sulaiman neuheuy sigala ciceem, Toeh siri kateem lon bouh keu raja.


Tiba-tiba tanpa ada yang menyuruh hana kom hana salam langsung saja Jampok (Burung Hantu), menyodorkan anaknya agar diangkat menjadi Raja oleh Nabi Sulaiman seperti berikut:


Seuot Po Jampok Hai Teungku Ampon, Nyoepat Sigam long neuboh keuraja

Seubab Sigam long rupa that ceudah, Lagi ngen hebat ngen bulee mata

Mata jih bulat babah meukuweit, Cukop meusaheet Sigam keuraja


Begitu Jampok meyakinkan Nabi Sulaiman dengan sikap pujoe droe (memuji diri sendiri) tanpa malu, sementara beberapa burung lain hanya bisa terdiam dan belum mengeluarkan pendapat mereka. Tiba-tiba Seekor Beurujuk Balee bersuara lantang dan menolak mentah-mentah Sodoran calon dari Sang Jampok yang tidak tahu malu itu.


Teuma Ji seuout Beurujuk Balee, Han kuteem dikee jampouk keu raja

Hana meusoe-soe ka tajak lakee, Golom meuteuntee tajak peutaba


Kemudian Tok-tok Beuragoe juga dengan dengan tegas dan menolak mentah-mentah ajakan Jampok dan dengan sangat arif dan sangat rendah diri.

Lheuh nyan Ji seuout Tok-tok beuragoe, Hana meusoe-soe taboh keu Raja

Tok-tok Beuraghoe ,walaupun dirinya memenuhi syarat dengan sangat santun mengatakan bahwa dirinya walau punya kekuatan namun tidak pernah dan berani meminta agar dirinya ditunjuk menjadi Raja.


Seudangkan dilon Keupiah Beusoe, Hantom siuroe lakee keu Raja.


Begitu ungkap Tok-tok Beuragoe dengan tegas

Ciceem Tiong yang sedari tadi menyimak pembicaraan hanya bisa grop-grop lambong (meloncat-loncat kegirangan) sembil bertepuk dada pertanda bercanda. Berujok Balee hanya bersorak-sorak saja disamping Tiong sambil mengejek Jampok, sementara Ciceem Peureuleeng usil mematuk mata Aneuk Jampok, karena dinilai Jampok teralulu percaya diri, memuji anaknya sendiri dengan mengatakan bahwa, matanya lebih indah disbanding burung lain, padahal matanya cukup mengerikan

Lalu pertemuan burung itu berubah menjadi kirouh (ribut), kemudian Nabi Sulaiman mendamaikan kembali sambil tersenyum ramah, Jampok tersipu malu karena usulannya ditolak langsung oleh beberapa burung lainnya.

Full paper “Hikayat Aneuk Jampok” akses di http://sastrawansamudrapasai.wordpress.com/2011/08/03/etika-memilih-pemimpin-ala-ciceem-telaah-hikayat-aneuk-jampok/


So Guys, “Bek Lagee Jampok” beh… :p

Info tambahan, di Malaysia terdapat jenis burung ini yang sebutannya “Jampok Kubur”

In India or Pakistan disebut “Ullu” [Istilah ini juga sering terdengar dalam bahasa Aceh, apa artinya ya???]


Beberapa gambar jampok

dimulai dari Jampok gampong sampai Jampok kota, Jampok Aceh, jampok ramah, Jampok Indonesia, Jampok Malaysia, berikut foto modelnya :




t