Sunday, March 18, 2012

Ijinkan Aku Pergi Memilih Jalan Ini…

By Ida Fitria

Tatapan itu seperti ku kenal, , ,
Sampai terukir sebuah senyuman dan ku panggil untuk memastikan,,,
Dia meletakkan sebuah amplop di meja ku kemudian mengangguk sambil menyebutkan namanya, “iya, SB buk”. Meski tersenyum, matanya bersinar seperti ada suatu keraguan yang disembunyikan dan menyimpan rasa yang bercampur aduk tetapi dibungkus rapi dengan ketenangan sikapnya. Meski ragu dia akan menurut atau tidak, aku minta untuk duduk di sampingku dan kutanyakan, “kenapa disini?”. Dengan polos dia menjawab, “lari dari Asrama buk”.

Ya, dia salah satu anak didik di tempat ku bekerja yang kabur dari asrama dan kembali melukis hidupnya di jalanan dengan amplop ajimatnya. Lirih rasanya melihat adik yang selama ini ku lihat telah memakai seragam tetapi memilih untuk kembali ke dunianya lagi. Dia terus tersenyum tetapi tak kutemukan raut kebahagiaan dalam binar mukanya. Bahasa tubuhnya seperti mengatakan, aku terpaksa kembali ke dunia ku karena disini aku lebih tenang tanpa kekangan, aku lebih bahagia disini.

Apa yang sebenarnya yang ada dalam pikirannya, memilih berjalan dari café ke café dimulai dari Darussalam sampai Seutui hanya bertapak kaki sampai jam 12 malam dan???
Tanpa memikirkan makan yang penting dapat uang,
Tanpa sempat mandi yang penting memiliki tabungan,
Apa yang sebenarnya dia pikirkan memilih lari dari Asrama yang menyediakan makanan, jajan, fasilitas sekolah dan meninggalkan sejumlah tabungan disana serta semua pakaian yang tak sempat dibawanya???
Apa yang dia fikirkan dengan mengumpulkan banyak uang dari jalanan tapi tidak dinikmatinya???

Mukanya yang agak malu dan terus tersenyum segera berubah ketika ada sebuah suara dari pelayan café, “dia bohong tu kak, jangan percaya, tu kawannya di depan nunggu pasti udah digigit nyamuk”. Aku membaca sebuah guratan kekesalan dan kemarahan yang muncul spontan bahwa yang dikatakan itu salah dan dia juga bisa jujur, tidak selamanya dia berbohong dan juga membutuhkan kepercayaan.
Dan, aku percaya dia…ceritanya…perasaannya…pikirannya…

Sepiring makanan yang aku pesan terasa tidak terlalu dinikmatinya dengan hati tenang. Namun, dia mulai bercerita segalanya dengan raut wajah riang tetapi hanya untuk menutupi kegelisahannya. Terkadang dia bercerita begitu bersemangat. Sebenarnya telah sesak dadaku melihat ekspresinya, ingin ku katakana kalau kau ingin menangis, menangis lah.

Ku bujuk dia untuk kembali ke Asrama dan meninggalkan kebiasaan ini, tetapi tak terlihat satu keyakinan dan janji pasti bahwa dia akan sanggup meninggalkan aktivitasnya dan memilih untuk kembali ke Asrama yang penuh aturan. Uang tabungannya selama ini sudah dihabiskan untuk HP second yang baru saja dibeli tadi sore, tetapi malam itu sama sekali tidak bisa dihidupkan lagi. Dia tidak tahu apa-apa, tidak bisa memeriksa, tetapi uang 300 ribu telah melayang, entah akan kembali atau tidak.

Telah banyak ku berkata, kawan sejawat ku ikut menasehatinya tetapi sangat berat baginya untuk menyeimbangkan perasaannya yang sebenarnya dengan kenyataan hidup yang dipilihnya. Akhirnya, kami pulang dan ku susul langkah kaki kecilnya menuju pintu gerbang sambil ku panggil namanya untuk yang terakhir kalinya. Saat itulah kulihat matanya mulai berkaca-kaca dan terbendung air mata. Ku usap bahunya, dan ku katakan perasaanku kemudian membiarkan dia pergi kembali menapaki hidup yang telah dipilihnya. Ingin kulakukan banyak hal, tetapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena ini pilihan hidup yang telah diputuskannya. Dengan muka yang masih dipaksa untuk tersenyum dia mengatakan, “terimakasih buk” dan langsung membalikkan badannya. Ku langsung menoleh ke arah lain, tak kulihat ternyata dia mengusap air matanya yang sudah tak tertahankan. Itu menjawab semua isi pikiran dan perasaannya sebernarnya. Ku lepaskan dia pergi dengan sangat berat dan perasaan lirih di hati, kembali pergi menapaki jalan raya itu….
Entah menuju kemana, tidur dimana, makan dimana, , ,
Aku tak tahu…
Aku hanya bisa menahan sesak di dada tanpa bisa melakukan apa-apa…

Selamat jalan adikku, semoga malaikat menjagamu…
Banda Aceh, 30 juli 2010 at 08.15 pm (MU café)


 


31 juli 2010
["dia kembali ke asrama jam 10 pagi sampai sekarang  masih disana, subhanallah. trimakasih ya Allah. tdak sia2 pertemuan itu"]

No comments: